MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI
PENGUKURAN WAKTU MELALUI ALAT PERAGA TIGA DIMENSI DI KELAS V SDN 077295
BARUZO BOBOZIOLI KECAMATAN IDANOGAWO
TAHUN PELAJARAN
2016/2017
TUHOZARO
GULO
NIM. 835253629
UNIVERSITAS
TERBUKA
UNIT
PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH MEDAN
PROGRAM
S1 PGSD KABUPATEN NIAS
2016
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa laporan Praktik Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah PKP
pada Program Studi S1 PGSD Universitas Terbuka (UT) seluruhnya merupakan hasil
karya saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu
dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan
seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan hasil karya saya sendiri atau
adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi,
termasuk pencabutan gelar akademik yang saya sandang sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
Idanogawo,
19
November 2016
Yang
membuat pernyataan,
Tuhozaro
Gulo
NIM.
835253629
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, akhirnya
penulisan laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Pengukuran Waktu Melalui Alat Peraga Tiga Dimensi di Kelas V SDN 077295 Baruzo Bobozioli Kecamatan
Idanogawo Tahun
Pelajaran 2016/2017” dapat
terwujud tepat pada waktu yang telah direncanakan.
Dalam penulisan laporan ini
penulis mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
- Bapak Drs. Edi Azwar Nasution, M.Si selaku Dosen Pembimbing Supervisor I
- Ibu Rosdiana Waruwu, S.Pd selaku kepala SDN 077295 Baruzo Bobozioli yang telah membantu dalam proses perbaikan
- Bapak Yanuari Telaumbanua, S.Pd selaku Supervisor II yang telah membantu dengan memberikan sumbangan dan masukan yang berupa pikiran, ide/pendapat yang sangat berguna sehingga proses perbaikan pembelajaran dapat berjalan lancar
- Teman-teman
guru SDN 077295 Baruzo
Bobozioli Kecamatan Idanogawo
- Semua
rekan mahasiswa S1-PGSD UT UPBJJ Medan Pokjar Idanogawo serta pihak-pihak
yang terkait.
Penulis menyadari bahwa laporan PKP ini masih sangat perlu mendapatkan
koreksi atas kekurangan sehingga dikemudian hari akan dapat lebih sempurna
lagi, oleh karena itu semua kritik dan saran yang konstruktif akan diterima
dengan terbuka. Semoga laporan PKP ini dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan
pendidikan di Kecamatan Idanogawo khususnya dan dunia pendidikan pada
umumnya.
Idanogawo, 19 November 2016
Penulis,
Tuhozaro Gulo
Nim. 835253629
ABSTRAK
MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI
PENGUKURAN WAKTU MELALUI ALAT PERAGA TIGA DIMENSI
DI KELAS V SDN 077295
BARUZO BOBOZIOLI KECAMATAN
IDANOGAWO TAHUN PELAJARAN
2016/2017
TUHOZARO
GULO
Nim. 835253629
Kata kunci : Hasil Belajar, pengukuran waktu, alat peraga tiga dimensi
Tingkat penguasaan siswa
terhadap materi matematika tentang pengukuran waktu, peneliti mengupayakan suatu perbaikan pembelajaran
melalui penelitian tindakan kelas dengan alat peraga tiga dimensi pada mata
pelajaran matematika kelas V SDN 077295 Baruzo Bobozioli. Tujuan penelitian
tindakan kelas ini adalah untuk mendeskripsikan alat peraga tiga dimensi dalam memahami pengukuran waktu pada mata
pelajaran matematika kelas V SDN 077295 Baruzo Bobozioli dan untuk mendeskripsikan hasil belajar
siswa dalam memahami pengukuran waktu melalui alat peraga tiga dimensi pada mata pelajaran matematika
kelas V SDN 077295 Baruzo Bobozioli.
Penelitian tindakan
kelas mata pelajaran matematika dilaksanakan pada siswa kelas V SDN 077295 Baruzo Bobozioli. Jumlah subjek yang diteliti sebanyak 18 siswa dengan 8 orang perempuan dan 10 orang laki-laki.
Dari hasil penelitian,
pada siklus I dapat berjalan dengan baik yang ditandai dengan adanya kenaikan
tolak ukur keberhasilan, yaitu adanya pencapaian kenaikan hasil tes pada siklus
I. Tetapi bila dibandingkan dengan standart nilai minimum yang disyaratkan
peneliti yaitu 6,5 maka nilai prestasi belajar siswa masih belum memenuhi
standar.
Alat peraga adalah cara penyajian yang memberi kesempatan
kepada peserta didik menemukan informasi dengan apa atau bantuan guru. Metode
ini melibatkan proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Dari pengertian
tersebut, menunjukkan bahwa alat peraga tiga dimensi sangat tepat diterapkan
pada pembelajaran matematika tentang pengukuran waktu karena alat peraga tiga dimensi merupakan metode
pembelajaran yang menekankan aktifitas siswa menemukan sendiri konsep-konsep
ilmu pengetahuan dengan cara melakukan percobaan.
Analisis
data pada siklus II diperoleh rata-rata nilai kelompok adalah 56,11 perolehan ini sudah
melebihi standar nilai yang ditetapkan yaitu 27,77%. dari 11
siswa yang dikenai PTK, 14 orang mengalami
peningkatan dengan prosentase 91,07% dan masih terdapat 4 siswa yang tidak mengalami peningkatan dengan jumlah
prosentase 88,88%.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan dalam proses pembelajaran merupakan
harapan semua guru pengajar di sekolah, karena proses pembelajaran yang tidak
berhasil akan menghambat dan menganggu perencanaan pembelajaran yang telah
dibuat secara periodik dan sistematis. Sedangkan pada mata pelajaran Matematika
antara pokok bahasan yang satu
dengan pokok bahasan yang lainnya saling berkaitan dan berkesinambungan,
sehingga apabila satu pokok bahasan tidak dikuasai oleh siswa secara baik dan
benar akan lebih membingungkan apabila dilanjutkan pada pokok bahasan yang
lebih tinggi.
Untuk mensukseskan proses pembelajaran sebagaimana
disebutkan di atas, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan
kebutuhan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru, salah satu diantaranya adalah alat peraga
tiga dimensi. Dengan menggunakan alat peraga tiga dimensi akan membantu guru
dalam mengefektifkan penyampaian materi pelajaran, sehingga materi yang
disampaikan akan lebih mudah diterima siswa dan prestasi belajar yang diperoleh
akan lebih maksimal, sehingga SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Minimal) yang
telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
|
Akan tetapi kenyataan yang terjadi di SDN 077295 Baruzo
Bobozioli Kecamatan Idanogawo tidaklah demikian, karena setelah diadakan
evaluasi pembelajaran diperoleh hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan
belajar lebih dari 70% hanya sebagian kecil saja. Selama proses pembelajaran
siswa nampak diam. Sikap diam yang ditunjukkan oleh siswa, bukan karena mereka
memahami materi yang disampaikan, karena setelah diberi umpan balik sebagian besar tidak bisa
menjawab dan menanggapi soal yang diberikan.
Dari kenyataan tersebut peneliti meminta supervisor 2
untuk ikut serta mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi pada
siswa Kelas V di SDN 077295 Baruzo
Bobozioli Kecamatan Idanogawo tersebut diatas.
1. Identifikasi Masalah
·
Rendahnya tingkat
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
·
Banyak siswa yang
tidak dapat melakukan operasi hitung bilangan bulat melalui alat peraga
·
Kurangnya siswa dalam
merespon materi pelajaran yang disampaikan
2.
Analisis Masalah
Faktor penyebab dari masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran
adalah :
·
Pemahaman konsep
belum dikuasai sepenuhnya oleh siswa
·
Kurangnya penggunaan
contoh konkret dan alat peraga pada proses
pembelajaran
·
Pembelajaran kurang
menarik minat siswa.
3.
Alternatif dan Prioritas
Pemecahan Masalah
·
Mendeskripsikan cara meningkatkan
hasil belajar pada pokok bahasan
tentang tanda waktu pada siswa Kelas V.
·
Memberikan gambaran tentang
penggunaan alat peraga tiga dimensi dalam pembelajaran Matematika dengan pokok
bahasan menuliskan dan menjelaskan tanda
waktu untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan alat peraga tiga dimensi
jam dinding dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan menuliskan tanda
waktu melalui alat peraga pada siswa Kelas V SDN 077295 Baruzo Bobozioli Kecamatan Idanogawo ?
2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan
menggunakan alat peraga tiga dimensi dalam pembelajaran matematika dengan pokok
pembahasan menuliskan tanda waktu melalui alat peraga tiga dimensi untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 077295 Baruzo Bobozioli
Kecamatan Idanogawo?
B. Tujuan Penelitian
Perbaikan Pembelajaran
Setiap penelitian selalu mempunyai
tujuan, begitu juga pada penelitian tindakan kelas ini, yaitu :
1.
Untuk mendeskripsikan cara
meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan menuliskan tanda waktu melalui alat
peraga tiga dimensi pada siswa Kelas V.
2.
Memberikan gambaran tentang
penggunaan alat peraga tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar Matematika dengan pokok
bahasan menuliskan tanda waktu melalui alat peraga tiga dimensi untuk
meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SDN 077295 Baruzo Bobozioli Kecamatan Idanogawo.
C. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini
penulis berharap dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak, baik
bagi guru pengajar (peneliti), bagi siswa sekolah dasar, maupun bagi sekolah
atau lembaga pendidikan lainnya.
1. Bagi Guru
·
Membantu guru dalam memperbaiki
pembelajaran Matematika di sekolah
·
Membantu guru dalam mengembangkan
profesionalismenya
·
Dapat menimbulkan rasa percaya
diri pada guru yang bersangkutan, karena dengan Penelitian Tindakan Kelas ini
guru akan mengetahui letak kelemahan dan kelebihan dari kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan dan dijadikan bekal untuk memperbaiki proses pembelajaran
berikutnya
·
Memungkinkan guru secara aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya ke arah yang lebih
baik.
2. Bagi Siswa
·
Meningkatkan kemampuan siswa
dalam berhitung terutama dalam hal operasi hitung yang menuliskan tanda waktu
melalui alat peraga tiga dimensi
·
Meningkatkan gairah belajar
siswa sehingga hasil belajar yang dicapai lebih maksimal.
3. Bagi Sekolah dan Dinas Pendidikan
Hasil penelitian tindakan kelas ini juga diharapkan, akan menjadi
acuan bagi guru-guru yang lain dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan dan
kegagalan-kegagalan yang didapati dalam proses pembelajaran di sekolah sehingga penelitian ini
akan bermanfaat bagi sekolah dan
Dinas Pendidikan dalam hal perbaikan-perbaikan disegala
sektor, baik dalam hal mengantisipasi apabila terjadi persoalan dalam hal belajar anak didik,
perbaikan kesalahan konsep, maupun penanggulangan berbagai kesulitan mengajar
yang dialami guru.
A. Pengertian Hasil Belajar
Pengertian Hasil belajar ditinjau
dari asal katanya adalah hasil dan belajar. Berdasarkan kamus besar Bahasa
Indonesia, hasil adalah “sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan) oleh usaha”
(W.J.S. Poerwadarminta,
1984:348), sedangkan belajar Menurut Whiterington
(1991: 233) dalam bukunya psikologi pendidikan mengatakan:“Belajar adalah
perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sehingga pola baru dari reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian.” Dengan demikian yang dimaksud dengan hasil belajar adalah suatu
perubahan yang disebabkan oleh adanya usaha yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya, baik
berupa prilaku, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan yang dialami oleh
siswa.
Sementara itu, Bloom dkk dalam Suprayekti berpendapat tentang
hasil belajar, yaitu : “Perubahan-perubahan perilaku yang merupakan hasil
belajar, mencakup ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik”(Suprayekti, 2003:4).
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan perilaku atau tingkah laku dari seseorang yang disebabkan oleh
adanya interaksi dengan lingkungannya (pengalaman), baik yang berupa pengetahuan
(kognitif), keterampilan motorik (psikomotorik), maupun penguasaan nilai-nilai
/sikap (afektif).
|
Besar kecilnya
hasil belajar yang diperoleh siswa, sangat ditentukan oleh sukses tidaknya
kegiatan pembelajaran di kelas. Sehingga secara tidak langsung unsur-unsur yang
mempengaruhi kegiatan pembelajaran juga mempengaruhi tinggi rendahnya hasil
belajar siswa.
Udin S. Winataputra, dkk., berpendapat bahwa “pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar
yang terdiri dari komponen atau unsur : Tujuan, bahan pelajaran, strategi,
alat, siswa, dan guru” (2005:2.12). Sementara itu Suprayekti berpendapat bahwa “Beberapa faktor yang
mempengaruhi interaksi belajar, yaitu faktor Guru, Faktor siswa, faktor
kurikulum, dan faktor lingkungan” (Suprayekti, 2003:10)
Dari kedua pendapat diatas, dapat ditegaskan kembali bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah
Guru, Siswa, Strategi Belajar mengajar, dan lingkungan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar
1. Faktor Guru
Guru sangat mempengaruhi
hasil belajar, sebab guru adalah merupakan ujung tombak yang berhadapan secara
langsung dengan siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan dan target kurikulum
yang telah ditetapkan sebelumnya. Tentunya dalam hal ini yang sangat menentukan
adalah kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran untuk mengarahkan siswanya mencapai kompetensi yang telah
ditentukan. Dengan kata lain profesionalisme guru merupakan faktor utama dalam
pencapaian hasil belajar siswa secara optimal atau tidak.
2. Faktor Siswa
Faktor siswa juga
dapat menentukan pencapaian hasil belajar, sebab siswa merupakan objek langsung
yang akan diukur apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mendapat
hasil yang optimal atau tidak. Siswa yang rajin akan mendapatkan hasil belajar yang
optimal, begitu juga sebaliknya siswa yang malas akan mendapatkan hasil belajar
yang mengecewakan.
Selain dari pada itu faktor siswa yang
harus diperhatikan adalah karakteristik siswa, baik karakteristik umum maupun
karakteristik khusus. Karakteristik umum yang harus diperhatikan adalah usia
siswa yang belajar. Menurut Suprayekti
“Dengan usia-usia tertentu mempunyai ciri-ciri tertentu pula,
sehingga guru dapat menganalisis kemampuan awal, pengalaman, tingkat kemahiran
bahasa, latar belakang sosial ekonomis dan budaya sesuai dengan
karakternya.(Suprayekti, 2003:15).
3. Faktor Strategi
Belajar mengajar
Persiapan sebelum
mengajar sangat penting dilakukan oleh guru, sebab apabila persiapan mengajar
telah dibuat, penyampaian materi akan terarah sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam persiapan tersebut, baik dalam hal tujuan yang akan dicapai, penerapan
metode yang akan digunakan, sampai pada alat evaluasi yang digunakan untuk
mengukur pencapaian hasil belajar siswa.
4. Faktor Lingkungan.
Lingkungan di dalam
interaksi belajar mengajar merupakan konteks terjadinya pengalaman belajar,
baik yang berupa lingkungan fisik (kelas, laboratorium, menuliskan tanda waktu
melalui alat peraga tiga dimensi, situasi fisik yang ada di sekitar kelas –
sekolah) dan lingkungan non fisik (cahaya, ventilasi, suasana belajar, musik
latar).
B. Kajian
Tentang Pembelajaran Matematika
Matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Perkembangan pesat di bidang
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori, menentukan
hubungan antara satuan waktu, antar satuan
panjang, dan satuan berat dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di
masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.(Mulyasa,
2007:111). Maka dari itulah mempelajari matematika merupakan suatu keharusan
bagi mereka yang berkembang dan menempuh masa depan yang yang lebih baik.
Pembelajaran
matematika diberikan selangkah-demi selangkah, dari konsep dasar sampai pada
konsep yang lebih tinggi. Hal ini diperlukan kemampuan dan keterampilan guru
dalam memilah-milah materi yang disampaikan pada pesertadidik. Dengan demikian
mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Adapun tujuan dari
pembelajaran matematika di sekolah dasar
berdasarkan rambu-rambu pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) (2007: 29) adalah sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
C. Materi Tanda Waktu
Tanda waktu
12 jam melibatkan keterangan pagi, siang, sore atau malam. Contohnya pukul
06.00 pagi, pukul 12.00 siang, pukul 05.00 sore, pukul 12.00 malam. Untuk
membaca jam, perhatikan jarum jamnya. Pada jam analog ada tiga buah jarum jam
yaitu jarum penunjuk jam (jarum pendek), jarum penunjuk menit (jarum panjang),
dan jarum penunjuk detik.
- Jika
jarum panjang menunjuk angka 12, jam menunjukkan angka tepat.

Gambar 2.1 Pembagian Waktu
Satu hari ada 24 jam. Jika menggunakan notasi 24
jam maka tidak perlu lagi menggunakan keterangan waktu pagi, siang, sore, atau
malam.
Contohnya:
1. Pukul satu siang maka ditulis 13.00
1. Pukul satu siang maka ditulis 13.00
2. Pukul tiga sore ditulis 15.00
3. Pukul sembilan malam ditulis 21.00
4. Pukul dua belas malam ditulis 24.00
5. Pukul sepuluh malam ditulis 22.00
Hubungan jam, menit, dan detik
1
hari = 24 jam
1 jam = 60 menit
1 jam = 60 menit
1 menit =
60 detik
1 jam = 3.600 detik
Menjumlahkan
dan mengurangkan tanda waktu harus sesuai dengan tanda waktu yang akan di
hitung misalnya angka yang menunjukan jam dioperasikan dengan jam pula, begitu
pula dengan menit dan detik.
D. Kajian Tentang Alat Peraga Tiga Dimensi
1. Pengertian alat peraga
Dalam
pembelajaran modern kita harus berusaha agar anak-anak itu lebih mengerti dalam
mengikuti pelajaran dengan gembira, sehingga minatnya terhadap belajar akan
lebih besar. Anak-anak akan lebih besar minatnya bila pelajaran itu disajikan
dengan baik dan menarik. Dengan dipergunakannya alat peraga, maka anak-anak
diharapkan akan termotivasi dalam belajar.
Di
samping itu tidak sedikit anak-anak yang pemahamannya kurang. Ini dapat
disadari, sebab selain daripada bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh
anak-anak, secara gradual kemampuan belajar melalui telinga, mata dan gerak itu
berbeda-beda. Dengan alat peraga, akan sangat membantu anak-anak yang
pemahamannya kurang (tanpa benda real) dan belajar melalui telinganya kurang.
Mereka yang demikian itu akan lebih berhasil belajarnya bila melalui gambar dan
benda-benda real (alat peraga).
Sangat
penting dengan adanya hubungan antara pengajaran itu sendiri dengan benda-benda
yang ada di sekelilingnya atau hubungan antara ilmu-ilmu (topik-topik) yang
telah dipelajarinya dengan masyarakat. Anak-anak dalam kegiatan belajarnya
perlu dibawa ke alam sekitarnya, mengadakan penyelidikan, mengumpulkan,
mencatat, dan mengolah data yang didapat.
Banyak pendapat
yang mengemukakan arti alat peraga, diantaranya yaitu :
1. Alat peraga adalah alat (benda) yang
digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar
tampak lebih nyata/konkret. ( Kokom Komalasari, 2015:112)
2. Alat peraga
merupakan benda real, gambar atau diagram (Antonius C Prihandoko, 2008: 18)
3. Alat peraga adalah media pengajaran yang
mengandung atau membawakan konsep-konsep yang dipelajari. (Pujiati, 2004:3)
4. Alat peraga adalah media pengajaran yang
mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. (Elly
Estiningsih dalam Pujiati: 1994)
5. Alat peraga adalah “alat-alat yang dipergunakan oleh
guru ketika mengajar untuk memperjelas materi pelajaran dan mencegah terjadinya
verbalisme pada siswa”. (Ruseffendi, 1992:229)
Dengan alat
peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola
yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya. Maka dari beberapa pendapat di
atas bahasa dalam penyampaian pengajaran melalui alat peraga, siswa mendapat
kesempatan untuk melihat secara langsung yang terdapat pada benda atau objek
yang dipelajari.
Dari berbagai
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga matematika adalah alat atau
fasilitas yang dipakai atau digunakan untuk pemahaman siswa tentang matematika.
2. Nilai dan manfaat
penggunaan alat peraga
Nana Sudjana
(2002: 100) menyatakan ada beberapa nilai dan manfaat penggunaan alat peraga
dalam proses belajar mengajar, antara lain :
1) dengan
peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, oleh karena
itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
2) dengan peragaan dapat memperbesar
minat dan perhatian siswa untuk belajar.
3) dengan peragaan dapat meletakkan
dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
4) memberikan
pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada
setiap siswa.
5) menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan
6) membantu
tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa.
7) memberikan
pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu
berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.
Uzer Usman (2006:
31-32) menyatakan alat peraga atau audiovisual aids menurut Encyclopedia of
Educational Research memiliki nilai sebagai berikut.
1) Meletakkan
dasar-dasar yang konkret untuk berpikir. Oleh karena itu mengurangi verbalisme
(tahu istilah tetapi tidak tahu arti, tahu nama tetapi tidak tahu
bendanya).
2) Memperbesar
perhatian siswa.
3) Membuat
pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan.
4) Memberikan
pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri
di kalangan para siswa.
5) Menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan kontinu.
6) Membantu
tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
3. Keuntungan dan Kegagalan Penggunaan Alat
Peraga
Dalam suatu metode pasti ada
keuntungannya dan ada pula kelemahannya, di bawah ini akan diuraikan sisi
keuntungan dan kerugiannya menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.
1) Keuntungan:
·
Pengalaman langsung
·
Membangkitkan minat siswa untuk
menyelidiki
·
Melatih seni hidup bersama
·
Menciptakan kepribadian bagi
guru maupun siswa
·
Membuat siswa menjadi aktif
·
Merangsang siswa untuk kreatif
2) Kegagalan
penggunaan alat peraga
Menurut Ruseffendi (dalam Pujiati, 2004) penggunaan alat peraga tidak selamanya
membuahkan hasil belajar yang lebih meningkat, lebih menarik dan sebagainya, adakalanya menyebabkan hal yang
sebaliknya, yaitu menyebabkan kegagalan peserta didik dalam belajar. Kegagalan itu akan
tampak bila :
·
Generalisasi konsep abstrak
dari reprentasi hal-hal yang kongkrit tidak tercapai
·
Alat peraga yang digunakan
hanya sekedar sajian yang tidak memiliki nilai-nilai yang tidak menunjang
konsep-konsep dalam matematika
·
Tidak disajikan pada saat yang
tepat
·
memboroskan waktu
·
Diberikan pada anak yang
sebenarnya tidak memerlukannya, dan
·
Tidak menarik dan mempersulit
konsep yang dipelajari.
4. Alat peraga tiga
dimensi
Media pembelajaran tiga dimensi, yaitu media yang
tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi
panjang, lebar, dan tinggi/tebal. Alat peraga tiga dimensi juga
dapat diartikan sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual
tiga dimensi. Kelompok alat peraga ini
dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat berwujud
sebagai tiruan yang mewakili aslinya.
Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat
dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia
sesungguhnya di mana benda asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit
untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin dihadapkan langsung ke tempat di
mana benda itu berada, maka benda tiruannya dikenal dengan
sebutan replika, model, dan benda tiruan.
Karakteristik
pembelajaran alat peraga tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa
proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok alat peraga ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup
maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Benda
asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung
ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana
benda asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau
kelas tidak mungkin dihadapkan langsung ke tempat di mana benda itu berada,
maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang
efektif, seperti contoh berikut,
5. Pemilihan alat peraga
William Burton (Uzer Usman, 2006: 32), memberikan
petunjuk bahwa dalam memilih alat peraga yang akan digunakan hendaknya memperhatikan
hal-hal berikut.
1) Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman
siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.
2) Alat yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digunakan.
3) Harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih dahulu.
4) Penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya seperti dengan diskusi,
analisis, dan evaluasi.
5) Sesuai dengan batas kemampuan biaya.
6. Penerapan alat peraga
dalam pengajaran
Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru
memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil
yang baik. Nana Sudjana (2002: 104-105) menyatakan beberapa prinsip
penggunaan alat peraga adalah sebagai berikut.
1) Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih
terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan
pelajaran yang hendak diajarkan.
2) Menetapkan atau memperhitungkan subyek dengan tepat, artinya perlu
diperhitungkan apakah penggunaan alat peraga itu sesuai dengan tingkat
kematangan/kemampuan anak didik.
3) Menyajikan alat peraga dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan
alat peraga dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan,
metode, waktu, dan sarana yang ada.
4) Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan
situasi yang tepat. Artinya kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar
alat peraga digunakan. Tentu tidak setiap saat atau selama proses mengajar terus
menerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan alat peraga.
Selanjutnya
Kenneth H. Hoover (User Usman, 2006: 32-33)
menyatakan beberapa
prinsip penggunaan alat peraga antara lain.
1) Tidak ada alat yang dapat dianggap paling baik.
2) Alat-alat tertentu lebih tepat daripada yang lain berdasarkan jenis pengertian
atau dalam hubungannya dengan tujuan.
3) Audiovisual dan sumber-sumber yang digunakan merupakan bagian
integral dari pengajaran.
4) Perlu diadakan persiapan yang saksama oleh guru dan siswa mengenai alat
audiovisual.
5) Siswa menyadari tujuan alat audiovisual dan merespon data yang diberikan.
6) Perlu diadakan kegiatan lanjutan.
7) Alat audiovisual dan sumber-sumber yang digunakan untuk menambah
kemampuan komunikasi memungkinkan belajar lebih karena adanya
hubungan-hubungan.
Adapun langkah-langkah yang harus
ditempuh guru dalam menggunakan alat peraga adalah sebagai berikut .
1) Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga, yaitu guru
merumuskan tujuan yang akan dicapai.
2) Persiapan guru, yaitu guru memilih dan menetapkan alat peraga yang tepat
untuk mencapai tujuan.
3) Persiapan kelas, yaitu siswa harus mempunyai persiapan sebelum mereka
menerima pelajaran dengan menggunakan alat peraga.
4) Langkah penyajian pelajaran dengan peragaan. Guru harus memperhatikan
bahwa tujuan utama adalah pencapaian tujuan mengajar dengan baik, sedangkan alat peraga
hanya sekedar alat bantu bukan sebagai tujuan.
5) Langkah kegiatan belajar. Guru dan siswa melakukan kegiatan belajar dengan
menggunakan alat peraga
6) Langkah evaluasi pelajaran dan keperagaan. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh tujuan itu tercapai, dan sejauh mana pengaruh alat peraga
dapat menunjang proses belajar (Nana Sudjana, 2002: 105-106)
Sedangkan menurut
Rina Dyah Rahmawati, dkk, (2006: 2-3) langkah-langkah penggunaan alat peraga antara
lain.
1) Mempelajari.
2) Mengidentifikasi kemampuan-kemampuan
yang hendak dikembangkan.
3) Menentukan kedalaman dan keluasan materi.
4) Menetapkan strategi belajar mengajar yang efektif.
5) Menentukan jumlah dan jenis alat peraga dalam KBM.
6) Persiapan mengajar
Hal yang dapat
dilakukan yaitu dengan mencoba alat yang dibuat, mempersiapkan jumlah dan
jenis alat peraga serta menetapkan cara pengorganisasian kelas.
7) Melaksanakan KBM
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Subjek
Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 077295 Baruzo Bobozioli
Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias. Sekolah ini terletak di Desa Baruzo
Bobozioli yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani. PTK ini dilaksanakan pada kelas V dengan
jumlah responden 18 siswa.
2.
Tempat
Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 077295 Baruzo Bobozioli.
Sekolah ini terletak di Desa Baruzo Bobozioli Kecamatan Idanogawo Kabupaten
Nias.
3.
Waktu Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2016/2017. Dalam pengambilan
data penelitian diambil dalam dua siklus, yaitu :
-
Pada
tanggal 24 Oktober 2016 merupakan pelaksanaan penelitian siklus pertama
-
Pada
tanggal 31 Oktober 2016 merupakan pelaksanaan siklus kedua.
4. Pihak yang Membantu
Penelitian ini
dilaksanakan dengan bantuan dari berbagai pihak yang mendukung jalannya
penelitian, yaitu :
|
a. Drs. Edi Azwar Nasution,
M.Si Sebagai
Bapak Tutor / Supervisor I sekaligus pembimbing dalam penyusunan pembuatan tugas Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP/ PDGK 4501);
b. Rosdiana Waruwu, S.Pd Selaku Ibu Kepala Sekolah yang
telah memberikan izin dan membantu terlaksananya PKP di SDN 077295 Baruzo Bobozioli Kec. Idanogawo;
c. Yanuari Telaumbanua, S.Pd Sebagai teman
sejawat yang telah membantu dalam hal pengamat, teman diskusi, membantu dalam
mengumpulkan data dan menganalisis masalah;
d. Siswa
kelas V Sebagai subyek penelitian dalam penelitian ini, yaitu siswa kelas V SDN 077295 Baruzo Bobozioli Kec. Idanogawo.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Prosedur
Pelaksanaan Penelitian tindakan kelas ini melalui beberapa tahapan penelitian, yaitu tahap Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan tahap Refleksi.
1.
Perencanaan
Perencanaan
penelitian tindakan kelas ini diawali dengan membuat Rencana Perbaikan
Pembelajaran (RPP). Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Pada Materi Pengukuran Waktu Melalaui Alat Peraga Tiga Dimensi di Kelas V SDN 077295 Baruzo Bobozioli Kecamatan Idanogawo Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Pelaksanaan
penelitian rencananya akan dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan
siklus II. Siklus I rencananya dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2016, dan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2016.
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan peneliti
melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan skenario yang ada pada
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada perencanaan di
atas, baik pada siklus I maupun pada siklus II.
3. Pengamatan
Agar hasil penelitian dapat
dipertanggung jawabkan peneliti meminta supervisor 2 (guru pengajar) di SDN 077295
Baruzo Bobozioli untuk mengadakan pengamatan dan penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan perbaikan pembelajaran yang peneliti lakukan.
Pada tahap pengamatan ini peneliti menggunakan beberapa
instrumen
berupa lembar observasi dan lembar evaluasi yang telah dipersiapkan sebelumnya.
4. Refleksi
Pada tahapan refleksi ini peneliti
mengadakan pengkajian bersama dengan supervisor 2 terhadap hasil pengamatan
yang telah dilakukan. Dan hasil dari refleksi inilah yang nantinya akan
digunakan sebagai rujukan pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus
selanjutnya.
Prosedur Penelitian Per Siklus
Siklus I
1.
Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan disiapkan
beberapa instrumen penelitian yang akan digunakan dalam kegiatan perbaikan pembelajaran,
yaitu : Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) pada pokok bahasan menuliskan tanda
waktu melalui alat peraga tiga dimensi. Pada Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) ini
indikator yang ingin dicapai adalah siswa dapat
Menggunakan dan menentukan tanda waktu melalui alat peraga tiga dimensi.
Selain dari RPP tersebut di atas,
juga perlu dipersiapkan Lembar Observasi sebagai instrumen untuk mencatat semua
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Dan
tidak kalah pentingnya untuk dipersiapkan adalah Lembar Soal untuk mengukur
daya serap siswa dalam pembelajaran.
2.
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pada siklus I ini
peneliti menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah dipaparkan panjang lebar dalam Rencana Perbaikan
Pembelajaran (RPP).
Selain itu, pada tahap pelaksanaan
juga dilaksanakan tes formatif untuk mengukur daya serap siswa dalam
pembelajaran. Dan diakhiri dengan menutup pembelajaran siklus I
3.
Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh supervisor
2 terhadap pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti. Pada
tahap ini semua kegiatan dan aktivitas guru dan siswa akan terekam sedetil mungkin sesuai
dengan instrumen-instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya.
4.
Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan
refleksi terhadap hasil pengamatan yang telah dilaksanakan oleh supervisor 2,
baik tentang aktivitas peneliti dalam proses pembelajaran maupun aktivitas
siswa dalam pembelajaran. Hasil refleksi ini akan dijadikan rujukan bagi
peneliti dalam perbaikan pada pelaksanaan siklus berikutnya.
Siklus II
1.
Tahap Perencanaan
Pada tahap
perencanaan disiapkan beberapa instrumen penelitian yang akan dipergunakan
dalam kegiatan perbaikan pembelajaran, yaitu : Rencana Perbaikan Pembelajaran
(RPP) pada pokok bahasan menuliskan tanda waktu melalui alat peraga tiga
dimensi. Pada Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) ini indikator yang ingin
dicapai adalah : Siswa dapat Menggunakan
dan menentukan tanda waktu melalui alat peraga tiga dimensi.
Selain dari RPP
tersebut di atas, juga perlu dipersiapkan Lembar Observasi sebagai instrumen
untuk mencatat semua peristiwa-peristiwa yang terjadi pada pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Dan tidak kalah pentingnya untuk dipersiapkan adalah Lembar Soal
untuk mengukur daya serap siswa dalam pembelajaran.
2.
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pada siklus II ini peneliti
menggunakan metode Tanya jawab dan Demonstrasi. Dengan mengunakan alat peraga
tiga dimensi yang telah dipersiapkan berupa jam dinding sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah dipaparkan panjang lebar dalam Rencana Perbaikan
Pembelajaran (RPP).
Selain itu, pada tahap pelaksanaan
juga dilaksanakan tes formatif untuk mengukur daya serap siswa dalam
pembelajaran. Dan diakhiri dengan menutup pembelajaran siklus II
3.
Tahap Pengamatan
Pada tahap ini supervisor 2 melakukan pengamatan, yaitu
mengamati pelaksanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan instrumen-instrumen
yang telah dipersiapkan, baik mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh peneliti maupun aktivitas pembelajaran siswa.
4.
Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi terhadap
hasil pengamatan yang telah dilaksanakan oleh supervisor 2, baik tentang
aktivitas peneliti dalam proses pembelajaran maupun aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Hasil refleksi inilah nantinya dijadikan rujukan bagi peneliti
apakah perlu melakukan perbaikan pada siklus berikutnya atau tidak.
C. Teknik Analisis Data
Pada tahap ini peneliti
bersama supervisor 2 melakukan pengumpulan data, proses dan hasil belajar untuk selanjutnya
diolah, dianalisis, dan diinterpretasi. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah:
a.
Soal tes hasil belajar
Instrumen ini digunakan
untuk mengetahui hasil belajar siswa sebagai patokan untuk mengukur kemampuan
siswa dan ketuntasan belajar siswa dalam menguasai materi menuliskan tanda
waktu melalui alat peraga tiga dimensi. Instrumen ini dibuat oleh peneliti
sendiri kemudian dikonsultasikan kepada supervisor/pengamat yang bersangkutan, soal tes terdiri atas 5
soal uraian. Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa setelah
proses pembelajaran. Tes ini dilakukan di akhir pembelajaran.
b.
Angket Observasi Pengelolaan
Pembelajaran
Instrumen ini digunakan untuk mengukur kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran
dengan menggunakan tanda waktu. Angket ini diisi oleh
supervisor 2 dan dilakukan pada waktu proses belajar mengajar berlangsung.
Aspek-aspek yang diobservasi adalah tingkat kejelasan, ketepatan, relevansi,
dan media
gambar yang digunakan.
c.
Angket respon siswa
Instrumen ini digunakan
untuk mengetahui pendapat dan komentar siswa terhadap pembelajaran menggunakan alat peraga tiga dimensi pengukuran waktu. Angket ini diberikan setelah pembelajaran selesai.
Untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar
siswa melalui penggunaan alat peraga tiga dimensi
pengukuran pada pelajaran Matematika, peneliti
menggunakan analisis data deskriptif kualitatif, yaitu analisis data yang
sesuai dengan peristiwa yang terjadi melalui gambaran-gambaran nyata tentang
peristiwa tersebut. Adapun beberapa analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui daya serap siswa terhadap pembelajaran, digunakan rumus berikut:
Nilai = x 100%..............
(Depdiknas, 2004:112)
2.
Untuk
mengetahui ketuntasan kelas digunakan rumus berikut:
Ketuntasan
kelas = x 100%
(Depdiknas, 2004:112)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Hasil
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.
Siklus I
Pelaksanaan
Penelitian
Tindakan Kelas
didasarkan pada RPP yang telah dibuat sebelumnya, pada RPP siklus I masih menggunakan RPP yang sering digunakan yaitu :
a.
Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti mengatur strategi yang
akan dilakukan pada tahap pelaksanaan, mulai dari pembagian waktu pada setiap
langkah-langkah pelaksanaan perbaikan pembelajaran, mempersiapkan beberapa
soal, mempersipkan lembar observasi, dan lembar evaluasi.
a. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan awal :
1.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dibuka dengan salam, dilanjutkan dengan berdoa bersama-sama yang dipimpin oleh
ketua kelas.
2.
Setelah
itu memberikan apersepsi
3. Menyampaikan tujuan dan kegiatan
pembelajaran
Kegiatan Inti :
1.
Dengan menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab guru menjelaskan penggunaan tanda
waktu melalui alat peraga tiga dimensi.
2.
Siswa disuruh mengerjakan soal
secara bergantian di papan tulis
3.
|
Guru memberi
kesempatan bertanya pada siswa
4. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
sendiri materi yang telah dipelajari
Kegiatan Akhir
1. Guru membagikan lembar evaluasi untuk
dikerjakan
2. Memberi PR pada siswa di buku paket
3.
Menutup Siklus I
b. Tahap Pengamatan
Adapun hasil pengamatan terhadap
proses pembelajaran dapat dipaparkan sebagai berikut :
Tabel
4.1
Lembar
Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I
No
|
Aspek Yang Dinilai
|
Skor Penilaian
|
Kriteria
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
Siswa termotivasi untuk menggunakan kemampuan
berfikirnya .
|
√
|
Tidak baik
|
|||
2
|
Keterampilan dalam berhitung
|
√
|
Kurang baik
|
|||
3
|
Siswa belajar dalam keadaan senang dan gembira
|
√
|
Tidak baik
|
|||
4
|
terjadi interaksi siswa dengan siswa
|
√
|
Kurang baik
|
|||
5
|
Terjadi interaksi siswa dengan guru
|
√
|
Tidak baik
|
|||
6
|
Siswa berani untuk bertanya dan mengemukakan pendapat dan
presentasi
|
√
|
Kurang baik
|
|||
7
|
Kerja sama siswa dalam kelas atau kelompok
|
√
|
Tidak baik
|
|||
8
|
Siswa melaksanakan refleksi
|
√
|
Tidak baik
|
|||
JUMLAH
|
10
|
|||||
Persentase
|
31,25 %
|



Tabel 4.2
Lembar
Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I
No
|
Aspek Yang Dinilai
|
Skor
Penilaian
|
Kriteria
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
membuka pelajaran
|
√
|
Kurang baik
|
|||
2
|
Melakukan Apersepsi
|
√
|
Tidak baik
|
|||
3
|
Penyampaian Tujuan Pembelajaran
|
√
|
Tidak baik
|
|||
4
|
Memotivasi siswa dalam pembelajaran
|
√
|
Tidak baik
|
|||
5
|
Penggunaan alat peraga tiga dimensi
|
√
|
Cukup Baik
|
|||
6
|
Penggunaan Metode dan Teknik Pembelajaran
|
√
|
Tidak baik
|
|||
7
|
Penguasaan Kelas Pembelajaran
|
√
|
Tidak baik
|
|||
8
|
Memberi kesempatan bertanya dan tanggapan pada
siswa
|
√
|
Kurang baik
|
|||
9
|
Penguasaan Materi
|
√
|
Kurang baik
|
|||
10
|
Membimbing siswa membuat rangkuman
|
√
|
Tidak baik
|
|||
11
|
Memberikan Evaluasi
|
√
|
Tidak baik
|
|||
12
|
Interaksi Guru dengan Siswa
|
√
|
Kurang baik
|
|||
13
|
Pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
|
√
|
Kurang baik
|
|||
14
|
KBM sesuai dengan skenario dan silabus
|
√
|
Kurang baik
|
|||
JUMLAH
|
8+12 = 20
|
|||||
Persentase
|
35,71 %
|



Tabel 4.3
Hasil Test Akhir Matematika Siklus I
NO
|
NAMA SISWA |
HASIL TES
|
KET |
1
|
Arismansyah Mendrofa
|
60
|
TT
|
2
|
Dasar Aldonius Zai
|
65
|
T
|
3
|
Epo Mayasari Zai
|
40
|
TT
|
4
|
Kalvin Budinasokhi Bawamenewi
|
55
|
TT
|
5
|
Sudirman Lafau
|
60
|
TT
|
6
|
Aperwati Zebua
|
70
|
T
|
7
|
Firman Jaya Telambanua
|
60
|
TT
|
8
|
Titus Tuniaro Gulo
|
50
|
TT
|
9
|
Will Bertha Laoli
|
40
|
TT
|
10
|
Yulenta Aryani Zai
|
70
|
T
|
11
|
April Setiawan Zai
|
60
|
TT
|
12
|
Yasara Hulu
|
50
|
TT
|
13
|
Alexman Sidabutar
|
50
|
TT
|
14
|
Aman Rizki Nazara
|
65
|
T
|
15
|
Angela Olivia Sinaga
|
60
|
TT
|
16
|
Betris Danuarta Waruwu
|
50
|
TT
|
17
|
Darniwati Gori
|
65
|
T
|
18
|
Dodi Sofyan Dakhi
|
40
|
TT
|
JUMLAH
|
1.010
|
Ket. T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
SKM = 65
Jumlah siswa Tuntas =
5 Siswa
Rata-rata Kelas =56,11
Persentase Ketuntasan = 27,77 %
c. Tahap Refleksi
Dari hasil pengamatan oleh supervisor
2 pada siklus I, diketahui bahwa pelaksanaan proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih sangat rendah karena aktivitas guru dalam pembelajaran adalah 35,71 %, sedangkan aktivitas siswa
31,25% dan daya serap siswa juga rendah yaitu dengan persentase ketuntasan hanya
27,77%, Semua itu disebabkan oleh keaktifan siswa sangat kurang, dan metode
pembelajaran yang dipakai tidak mampu mengaktifkan siswa.
2.
Siklus II
a.
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II ini,
peneliti mengubah strategi pembelajaran yaitu dengan menggunakan alat peraga tiga dimensi dalam
kegiatan perbaikan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk lebih mengaktifkan
siswa dalam pembelajaran. Sedangkan yang lainnya sama dengan siklus I yaitu :
mempersiapkan alat peraga tiga dimensi,
mempersiapkan lembar observasi, dan lembar evaluasi.
b.
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan awal :
1.
Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dibuka dengan salam, dilanjutkan dengan berdoa bersama-sama yang
dipimpin oleh ketua kelas.
2.
Memberikan
apersepsi
3. Menyampaikan tujuan dan kegiatan
pembelajaran
Kegiatan Inti
1.
Dengan menggunakan alat peraga
tiga dimensi berupa jam dinding guru menjelaskan penggunaan tanda waktu melalui
alat peraga tiga dimensi
2.
Kelas dibentuk ke dalam 4
kelompok
3.
Tiap kelompok diberi tugas
untuk mengamati alat peraga tiga
dimensi berupa jam dinding kemudian mengerjakan tugas LKS.
4. Memantau pelaksanaan kerja kelompok dan
menfasilitasi jika ditemukan kesulitan.
5. Setiap kelompok mempresentasikan hasil
diskusi.
6. Mengarahkan siswa untuk memberikan
kesimpulan sendiri.
Kegiatan Akhir
1. Guru membagikan lembar evaluasi untuk
dikerjakan
2. Memberi PR pada siswa di buku paket
3.
Menutup Siklus II
c. Tahap Pengamatan
Dari Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran
pada siklus II diperoleh data berikut :
Tabel
4.4
Lembar
Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II
No
|
Aspek Yang
Dinilai
|
Skor Penilaian
|
Kriteria
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
Siswa termotivasi untuk
menggunakan kemampuan berpikirnya
.
|
√
|
Cukup
baik
|
|||
2
|
Keterampilan dalam
berhitung
|
√
|
Cukup baik
|
|||
3
|
Siswa belajar dalam keadaan
senang dan gembira
|
√
|
Baik
|
|||
4
|
terjadi interaksi siswa dengan
siswa
|
√
|
Baik
|
|||
5
|
Terjadi interaksi siswa dengan
guru
|
√
|
Baik
|
|||
6
|
Siswa berani untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat dan presentasi
|
√
|
Cukup baik
|
|||
7
|
Kerja sama siswa dalam kelas
atau kelompok
|
√
|
Baik
|
|||
8
|
siswa melaksanakan
refleksi
|
√
|
Baik
|
|||
JUMLAH
|
9+20=29
|
|||||
Persentase
|
90,62 %%
|
Tabel 4.5
Lembar
Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II
No
|
Aspek Yang Dinilai
|
Skor
Penilaian
|
Kriteria
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
membuka pelajaran
|
√
|
baik
|
|||
2
|
Melakukan Apersepsi
|
√
|
Baik
|
|||
3
|
Penyampaian Tujuan Pembelajaran
|
√
|
Baik
|
|||
4
|
Memotivasi siswa dalam pembelajaran
|
√
|
Baik
|
|||
5
|
Penggunaan alat peraga tiga dimensi
|
√
|
Baik
|
|||
6
|
Penggunaan Metode &Teknik Pembelajaran
|
√
|
Baik
|
|||
7
|
Penguasaan Kelas Pembelajaran
|
√
|
Cukup baik
|
|||
8
|
Memberi kesempatan bertanya dan tanggapan pada
siswa
|
√
|
Baik
|
|||
9
|
Penguasaan Materi
|
√
|
Baik
|
|||
10
|
Membimbing siswa membuat rangkuman
|
√
|
Cukup baik
|
|||
11
|
Memberikan Evaluasi
|
√
|
Cukup baik
|
|||
12
|
Interaksi Guru dengan Siswa
|
√
|
baik
|
|||
13
|
Pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
|
√
|
baik
|
|||
14
|
KBM sesuai dengan skenario dan silabus
|
√
|
baik
|
|||
JUMLAH
|
15+36 = 51
|
|||||
Persentase
|
91,07 %
|
Tabel 4.6
Hasil Test Akhir Matematika Siklus II
NO
|
NAMA SISWA |
HASIL TES
|
KET |
1
|
Arismansyah Mendrofa
|
75
|
T
|
2
|
Dasar Aldonius Zai
|
85
|
T
|
3
|
Epo Mayasari Zai
|
70
|
T
|
4
|
Kalvin Budinasokhi Bawamenewi
|
75
|
T
|
5
|
Sudirman Lafau
|
60
|
TT
|
6
|
Aperwati Zebua
|
90
|
T
|
7
|
Firman Jaya Telambanua
|
85
|
T
|
8
|
Titus Tuniaro Gulo
|
70
|
T
|
9
|
Will Bertha Laoli
|
85
|
T
|
10
|
Yulenta Aryani Zai
|
75
|
T
|
11
|
April Setiawan Zai
|
70
|
T
|
12
|
Yasara Hulu
|
85
|
T
|
13
|
Alexman Sidabutar
|
60
|
TT
|
14
|
Aman Rizki Nazara
|
70
|
T
|
15
|
Angela Olivia Sinaga
|
80
|
T
|
16
|
Betris Danuarta Waruwu
|
70
|
T
|
17
|
Darniwati Gori
|
80
|
T
|
18
|
Dodi Sofyan Dakhi
|
85
|
T
|
JUMLAH
|
1.370
|
Ket. T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
SKM = 65
Junlah siswa Tuntas =
16 Siswa
Rata-rata Kelas = 76,11
Prosestase Ketuntasan = 88,88 %
d.
Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan
oleh supervisor 2, pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan
dibandingkan dengan Siklus I, baik dalam hal Aktivitas siswa dan guru dalam
proses pembelajaran, maupun dalam hal ketuntasan belajarnya.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan
Pembelajaran
Adapun pembahasan
dari setiap siklus berdasarkan pada hasil pengamatan tersebut diatas adalah
sebagai berikut :
1.
Aktivitas
siswa dan guru dalam proses pembelajaran terjadi kenaikan yang cukup memuaskan,
yaitu pada siklus I aktivitas siswa hanya 31,25 % dan aktivitas guru hanya
35,71%. Sedangkan pada siklus II aktivitas siswa mengalami kenaikan yaitu 90,62% dan aktivitas guru 91,07 %. Adapun perbandingan antara siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada grafik berikut:
2.
Begitu juga pada hasil belajar
siswa dan ketuntasan belajar siswa terjadi kenaikan yang signifikan, dimana
pada siklus I nilai rata-rata pembelajaran 56,11 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 27,77 %. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata
pembelajaran mencapai 76,11 dengan ketuntasan
belajar siswa 88,88 %.
Dengan adanya kenaikan hasil belajar dan ketuntasan belajar yang sangat fantastis tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa penggunaan alat peraga tiga dimensi pada pembelajaran
Matematika pada pokok bahasan menuliskan tanda waktu melalui alat peraga tiga
dimensi di Kelas V SDN 077295 Baruzo Bobozioli Kecamatan Idanogawo sangat membantu.

BAB V
SIMPULAN DAN
SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan data pada hasil penelitian
diatas, dan didasarkan pada rumusan permasalahan yang ada akhirnya peneliti
menyimpulkan bahwa:
1. Untuk mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran guru harus bisa memanfaatkan alat peraga tiga dimensi dalam proses
pembelajaran, karena dengan alat peraga tiga dimensi siswa lebih terangsang dan
termotivasi untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat
dibuktikan dengan penggunaan alat peraga tiga dimensi pada pembelajaran
Matematika siklus II terjadi kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan
pembelajaran siklus I yang tidak menggunakan alat peraga tiga dimensi, yaitu
pada siklus I aktivitas siswa hanya 31,25% dan aktivitas guru 35,71%.
Sedangkan pada siklus II aktivitas siswa mencapai 90,62% dan aktivitas guru
91,07%
2. Dengan adanya kenaikan aktivitas siswa
akan berdampak pada kenaikan hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa,
hal ini dapat dilihat dengan adanya kenaikan hasil belajar dan ketuntasan
belajar pada siklus II, yaitu pada siklus I hasil belajar (nilai rata-rata)
yang dicapai siswa Kelas V SDN 077295 Baruzo Bobozioli mencapai 56,11 dengan
ketuntasan belajar secara klasikal 27,77%. Sedangkan pada siklus II nilai
rata-rata pembelajaran mencapai 76,11 dengan ketuntasan belajar siswa 88,88%.
B. Saran Tindak Lanjut
Adapun
saran-saran yang dapat peneliti sampaikan dari hasil penelitian tindakan kelas
di atas adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengatasi persoalan daya
serap siswa pada kegiatan belajar mengajar di sekolah, alangkah baiknya kalau
guru pengajar di sekolah tersebut mengadakan penelitian tindakan kelas, agar
diketahui dimana letak persoalan dari kegagalan yang dihadapi, dan dapat
diketahui format pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak didik yang
sedang dihadapi
2.
Mengingat pentingnya penggunaan
alat peraga tiga dimensi dan latihan soal dalam pembelajaran aktif, diharapkan
setiap guru mempunyai
kemampuan dan pengetahuan yang cukup mengenai metode yang digunakan dalam
pembelajaran agar apa yang dilakukan tepat sasaran dan berdaya guna
3.
Mengingat pentingnya penggunaan
alat peraga tiga dimensi dalam proses pembelajaran, hendaknya instansi terkait
memperhatikan dan meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran, dengan
diadakannya workshop metode pembelajaran secara intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Antonius Cahya Prihandoko, (2006). Memahami
Konsep Matematika Secara Benar Dan Menyajikannya Dengan Menarik. Jakarta:
Depdiknas. Dediknas,(2006). Kurikulum
Pendidikan Dasar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen
Dimyati dan Mudjono, (2002). Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Drs. H. Udin S. Winataputra, Strategi Belajar mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka, 2007
I.G.A.K. Wardani, (2007), Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta : Universitas Terbuka
Komalasari, Kokom,(2015). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Mulyasa, (2005). Menjadi Guru
Profesiona. Jakarta: Remaja Rosda Karya.
Mohammad Asrori, (2014), Penelitian Tindakan Kelas,
Bandung : CV. Wacana Prima,
Mohammad Uzer Usman, (2006). Menjadi
Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Pujiati, (2004). Penggunaan
Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar & Menengah Pusat Pengembangan
Penataran Guru Matematika
Rina Dyah Rahmawati, (2006). Alat Peraga . Bandung : Rosda
Ruseffendi, (1992). Materi
Pokok Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.
Slameto, (1995). Belajar &
FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Depdikbud.
Sudjana,Nana, (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Suprayekti,
(2003) Interaksi
Belajar Mengajar, Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional Direktoat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga
Kependidikan.
Witherington, Carl, (1991), Psikologi Pendidikan. Terjemahan
M.Ngalim Purwanto. Bandung : Remaja
W.J.S. Poerwadarminta, (1984), Kamus
Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.